Senin, 17 Januari 2022

Senja Menguning di Pantai Sanur

 


pixabay.com


(Pelukis dan Parfum ke-5)

Agus Yuwantoro


      Matahari mulai tenggelam berbalut kabut berwarna putih. Cahayanya berwarna kemuning keemasan menembus  riak gelombang air pantai. Berjalan lembut bersama hembusan angin senja. Tampak bayang-bayang cahaya matahari mulai menghilang di balik cakrawala. Aku duduk di tepian pantai Sanur. Di bawah pohon kersen  yang sedang berbuah berwarna hijau dan merah. Tadi malam membuat sketsa lukisan tokoh pergerakan emansipasi wanita Jawa Ibu Kita Kartini. Dengan warna natural juga tampilan yang berbeda. Cukup menguras daya imanjinasiku. Harus membayangkan sedang membaca buku di samping cahaya lampu teplok minyak dengan rambut terurai memanjang.

     Kartini Lahir pada tanggal 21 April 1979 di Jepara Jawa Tengah. Pada tanggal 2 Mei 1964 Presiden pertama Ir.Soekarno menyatakan RA Kartini menjadi salah satu pahlawan Nasinoal. Pejuang penegak feodalisme dan rasa ketidakadilan lelaki dan perempuan. Surat-surat yang dikirim sahabat ke Belanda bernama Stella. Menceritakan rasa kesedihan kaum wanita Jawa. Terjajah. Dipingit. Tertekan. Menjadi eksploitasi seks di kalangan para priyayi dengan cara dijadikan selirnya.

       Tidak bisa melanjutkan sekolah yang lebih tinggi seperi kaum wanita Eropa. Wanita jawa terhipnoptis doktrin nilai wanita. Cukup mengelola tiga hal : memasak, melahirkan dan menemani tidur suami. Cukup. Lainnya tidak bisa sebab melanggar norma adat yang berlaku waktu itu. Kartini mulai belajar paham agama Islam. Guru spiritual Kyai Sholeh selalu setia setiap hari menjawab semua pertanyaan dari Kartini. Tentang konsep Ketuhanan yang benar.

     Kumpulan surat-surat menjadi buku berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang. Terinspirasi dari QS Al Barokah 257 yang artinya : Allah pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir. Pelindung-pelindungnya ialah syaitan yang mengeluarkan mereka dari pada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.

    Kartini menikah dengan Joyo Diningrat. Wafat pada usia yang masih muda dengan usia dua puluh lima tahun. Setelah wafat lahirlah Kartini-Kartini baru yang mampu bersaing dengan kaum lelaki. Bahkan mampu menjadi presiden Republik ini yang ke 5. Bahkan sekarang ini ada yang berhasil menjadi astronot. Pilot. Tentara. Polisi. Bahkan Jaksa dan Hakim. Harkat martabat wanita terus bersaing dengan kaum lelaki. Sesuai dengan perkembangan dan tantangan zaman. Mengilangkan mitos wanita Jawa yang hanya mampu: masak manak ngamar. 

  Untuk menghibur diri juga mencari inspirasi aku duduk di atas batu menikmati cahaya senja juga hembusan angin malam pantai. Sehingga rambutku terasa dibelai lembut. Mengingatkan aku pada gadis dari dusun Munggangsari Supraptiwi. Dengan tampilan wajah natural tanpa olesan bedak sedikitpun. Rambutnya lurus hitam. Kedua bola matanya tajam penuh aura kasih sayang. Giginya putih rata enak dipandang. Ketika tersenyum bibirnya merekah memerah basah. Warna kulitnya kuning langsat. Tinggi badannya seratus enam puluh tiga. Di bawah telinga sebelah kiri ada warna sedikit hitam. Menjadi ciri khasnya. Orang kampung sering memberikan julukan si tompel.

Gelombang air pantai mulai kejar-kejaran sehingga sampai bibir daratan. Tidak terasa kakiku tersentuh air pantai. Memecahkan lamunanku. Perasaan cinta ternyata tidak harus memiliki. Hanya rasa cinta yang mekar tumbuh bersemi tidak sesuai dengan mimpi. Di bawah cahaya senja dan hembusan angin malam. Aku pasrahkan hidup ini pada Tuhan: Jodoh. Rezeqi. Kematian adalah kehendak Tuhan. Yang menciptakan segala makhluk juga seisi bumi. Semua yang hidup di bumi selalu ada garis rezeki sesuai dengan jalan hidupnya masing-masing. Tinggal satu perasaan hati nurani. Sebatas mana kita bisa mensyukuri atas rezeki itu sendiri.

Di atas gelombang air pantai yang mulai tenang. Kelihatan pantulan cahaya lampu-lampu perahu nelayan. Cahaya lampu kamar hotel berbintang kedap-kedip seperti kunang-kunang yang menari bebas di atas rerumputan. Di saat aku menikmati hembusan angin malam yang basah. Aku melihat bayangan tubuhku di bawah lampu hias taman. Apa tujuan sebenarnya hidup ini.

 Aku sering berdialog sendiri dengan hati nurani. Ternyata tujuan hidup ini pada hakikatnya hanya mencari titik kebahagian hati. Ada nilai keseimbangan antara angan dan kemampuan. Bisa mengukur kemampuan diri sendiri. Tidak harus panjang angan-angan dalam mengejar apapun di dunia ini. Kegedhen pyak kurang jagak (panjang angan angan tidak bisa melihat kemampuan yang ada) sehingga bisa muncul ketenangan hati. Mampu memadukan kemampuan dan situasi kondisi yang ada. Hidup pada prinsipnya harus ada nilai keseimbangan.

    Apa saja bentuknya seperti hukum alam. Ada siang dan malam. Ada hujan dan terang. Harmoni kehidupan alam penuh keseimbangan. Agar hidup lebih tertata indah seperti cahaya bintang gemintang dan rembulan. Mampu menerangi setiap langkah kehidupan yang bermakna. Bisa mengukur kemampuan diri sendiri. Tidak terhanyut terjajah diperkosa sebuah keinginan di luar batas kemampuan. Sehingga mengalami kehidupan yang konyol. Hidup tanpa konsep juga tujuan yang jelas.

Kehidup ini bisa dikatakan indah penuh kebahagian itu tergantung pelaku kehidupannya diri sendiri. Ketika cerdas mengartikan hakikat hidup. Tiada hari selalu berusaha semaksimal mungkin. Sesuai dengan bakat minat dan kemampuan. Juga penuh dihiasi doa-doa yang terbaik. Memberikan kemanfataan untuk orang banyak. Bukan sebaliknya justru malah selalu membuat sakit hati juga kerugian pada setiap orang. Berbuat curang dalam segala langkah hidupnya. Mencari keuntungan sesaat dengan cara mencuri hak-hak orang lain. Memburu jabatan dan pangkat tidak lewat jalur yang sebenarnya. Segala bentuk  jabatan dengan metodologi transaksional. Lelang jabatan. Seperti di lelang pasar ikan.

Ketika semua promosi jabatan dengan pondasi dasar transaksional. Bahkan sudah menjadi budaya dan tradisi. Maka imbasnya banyak posisi jabatan yang bukan ahlinya. Maka pelan-pelan pasti akan mengalami kehancuran pada zamannya. Semakin subur tumbuh berkembang paham jabatan transaksional. Maka alam jagad rayapun seolah tidak terima.

   Maka wajar datanglah bertubi-tubi yang namanya bencana alam. Sebab faktor tingkah laku manusia itu sendiri. Tidak mampu menerjemahkan arti nilai dasar kejujuran. Yang semakin hari nilai kejujuran tergeser oleh ambisi sesaat. Maka sangat wajar ketika sekelompok orang masih menggengam nilai kejujuran. Persis seperti menggenggam batu bara yang panas penuh api menyala merah.

  Aku masih duduk di bawah pohon kersen menikmati warna air pantai yang selalu berubah warna. Terkadang hijau, merah, kuning bahkan persis warna pelangi. Sebab cahaya rembulan berkolaborasi dengan lampu hotel yang berwarna warni. Terasa asyik ketika aku bercumbu senja di pinggiran pantai Sanur Bali. Di saat seperti ini aku duduk sendiri di pinggiran bibir pantai. Terasa kecil sekali. Hanya rasa puja puji, rasa syukur selalu aku panjatkan pada sang pemberi rezeki ialah Tuhan.

Seperti biasa pada saat senja mulai menghilang sudah aku siapkan buku gambar dengan pensil 2B. Melukis senja. Gelombang air pantai yang mesra saling kejar mengejar. Burung camar beterbangan bebas di pinggiran pantai. Cahaya lampu mercusuar menghidupkan bayangan perahu para nelayan di tengah pantai luas. Tapi malah bukan itu yang aku lukis. Secara reflek aku malah melukis kedua bola mata Supraptiwi dengan tatapan yang tajam.

     Persis setajam silet goal. Saking asyiknya melukis kedua bola mata itu badanku terasa hangat. Anganku melayang terbang bebas. Ternyata lukisan kedua bola mata itu menumbuhkan kasmaran. Walaupun beku bahkan membisu tanpa makna. Pelan-pelan aku bercumbu dengan halusinasi. Menciptakan bercinta lewat ilusi di bawah alam pikiran kesadaran. Betapa hebat nilai cinta. Sehingga mampu membuat adegan bercinta dalam ilusi. Berdiam sunyi sendiri meditasi bercinta dengan imanjinasi.

   Cinta bisa mengguncangkan jiwa seperti Bandung Bondowoso. Untuk membuktikan perasaan cintanya pada Roro Jonggrang. Meminta dibuatkan seribu candi dalam satu malam. Demi cintanya yang membakar dibangunnya candi walaupun menjelang fajar kurang satu candi. Roro Jonggrang menolak cintanya. Akhirnya Bandung Bondowoso terbakar rasa cintanya. Emosi pada Roro Jonggrang. Dibacakan mantra Roro Jonggrang menjadi  candi untuk mencukupi permintaanya.

   Kisah cintanya Sheh Jihan pada istri tercintanya dari Persia. Setelah istri tercinta meninggal dunia dibuatkan istana makam yang hebat luar biasa indah bernama Taj Mahal di India. Bahkan sampai sekarang menjadi ikon destinasi wisatawan lokal maupun asing. Sebagai tanda kekuatan cinta pada kekasihnya. Seperti kisah cintanya Romoe dan Juliet ala Mesir Romawi. Kisah cinta sehidup semati zaman Mesir kuno Cleopatra dan Antony. Berakhir dengan mati cara bunuh diri setelah Antony dinyatakan meninggal dunia kemudian menyusul Cleopatra.

  Ketika senja menghilang bersama semilir angin malam. Aku pulang ke rumah kontrakan. Melanjutkan lagi untuk melukis tokoh gerakan peradaban moral wanita di Jawa. Pesanan dari koletor lukisan natural Bapak Suherman dari Jakarta. Sebab beberapa bulan lagi mau diambil lukisan itu. Aku harus melukis dengan semaksimal mungkin agar pelanggan merasa puas dan senang dengan hasil lukisan tokoh itu.

 

 

 


AGUS YUWANTORO, Lahir di Prambanan 5 Agustus 1965, Pendidikan  Terakhir S2 di Unsiq Prop Jateng. Prodi Magister Pendidikan Agama Islam 2009, anggakatan ke 2. Tahun 2010 mendapatkan penghargaan Bapak Gubernur Jawa Tengah, juara pertama menulis sajak dan puisi dalam rangka peringatan 100 Tahun Meninggalnya Presiden RI Pertama Bung Karno juga mendapatkan Piagam kehormatan dari Panitia Pusat Jakarta an. Prof.DR.H. Soedijarto, MA, Aktif nulis fiksi sudah 25 Buku Antologi baik puisi dan cerpen sudah terbit. 3 buku solonya,Antalogi Puisi dengan judul “Tembang Sepi Orang Orang Pinggiran”. Antalogi Cerpen “ Kembang Kertas  Nulis Novel berjudul Gadis Bermata Biru setebal: 250 halaman. Alamat Penulis  Gedangan RT.08 / RW.05. Ds. Pecekelan.Kec.Sapuran.Wonosobo,Jateng.WA : 081325427232.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar